Definisi Sosialisasi
Banyak orang menilai Ilmu sosial (Soft Skill) begitu
tidak penting, padahal ilmu sosial mempengaruhi kesuksesan seseorang
mencapai 85% dan sisanya 15% hanya kemampuan skillnya (Hard
Skill). Jadi jangan salahkan diri anda meskipun memiliki kemampuan seperti professor,
susah untuk mencari rekan kerja atau kenalan teman yang bisa membawa anda
menjadi orang sukses.
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua:
sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam
masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam
institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup
yang terkukung, dan diatur secara formal.
Meskipun begitu banyaknya arti dari ilmu sosial,
intinya adalah ilmu yang mengajarkan bergaul dengan orang lain supaya orang
lain senang dan menghormati kita, bahkan merasa senang jika membantu kita. pada
kesempatan ini saya akan mendiskripsikan bagaimana bersosialisasi mulai dari
mengenal diri sendiri sampai bergaul yang baik dengan orang lain supaya orang
melihat kita seakan-akan senang melihat kita.Ada macam-macam sosialisasi seperti
formal ataupun informal.
Baik
sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa
bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan
sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan
adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa
yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya
untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang
baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau
tidak?Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun
hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat
sosialisasi formal dan informal sekaligus.
Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi
represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive
socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain
dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada
komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan
sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory
socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku
baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses
sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat
lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga
menjadi generalized other.
Tahapan Sosialisasi
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan,
saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya,
termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya
yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan
kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap
ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai.
Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant
other)
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan
oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia
mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin
banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai menyadari bahwa ada norma tertentu
yang berlaku di luar keluarganya.
|
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized
Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah
dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain,
ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya
peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak
dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Pengertian Bersosialisasi
Bersosialisasi ialah menggunakan potensi positif diri
sendiri pada potensi positif lingkungan agar apa yang disosialisasikan bisa
diterima di lingkungan.
A.Bersosialisasi untuk merealisasi Impian
Bersosialisasi untuk merealisasi impian ialah menggunakan
potensi positif diri sendiri pada potensi positif lingkungan untuk mewujudkan impian
di tengah-tengah lingkungan.
B. Teknik Empati
Teknik Empati Ialah jurus sosialisasi dengan cara memahami
perasaan orang lain kemudian membimbing orang tersebut pada keuntungan bersama.
C. Teknik Empati Untuk pergaulan
Penerapan teknik empati untuk pergaulan dengan menggunakan 3
tahap sebagai berikut :
1. Memperhatikan orang lain untuk bisa menanyakan sesuatu
yang tepat
2. Tanyakan pada orang tersebut sesuatu yang dia sangat
ingin menjawab, kemudian dengarkan dengan
sungguh-sungguh dan kagumi. Contohnya adalah jika orang yang
diajak berbicara suka tentang sepak bola,
maka kita harus mengerti apa itu sepak bola dan sejenisnya.
3. tawarkan bantuan dengan sikap atau menanyakan : ”Apa
yang bisa saya bantu ?”
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar